KRITIK SENI : Pertunjukan Teater Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan” Disutradarai oleh Chandra Kudapawana

 Riya Wahyuni

Jurusan Pendidikan Seni, Sekolah Pasca Sarjana 

Universitas Pendidikan Indonesia 

riaharun3@gmail.com


ABSTRAK

Pada dasarnya “kritik dapat berfungsi sebagai pendidikan dan pengembangan seni. Indikatornya adalah kritik lebih membuka cakrawala penghayatan penikmat dan menyandarkan kelemahan seklaligus kekuatan yang dimiliki oleh seniman melalui hasil karya seninya” (M. Jazuli. 2001). Untuk itu penulis ingin mencoba membuat analisis kritik seni pada pertunjukan Teater Lakon dengan judul Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan”  saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel, yang disutradarai oleh Chandra Kudapawana yang digelar di teater UPI, dengan melihat unsur –unsur seni yang terkandung dalam pertunjukan teater tersebut, selain itu juga melihat bagaiman perkembangan seni dalam kehidupan. Metode yang digunakan oleh penelitian adalah dengan menonton langsung pertunjukan serta membandingkan pertunjukan tersebut dengan novel yang menjadi saduran melalui resensi novel tersebut.

Kata kunci: Pertunjukan, Kritik Seni, Unsur Seni 


ABSTRACT

Basically "criticism can serve as educational and artistic development. Charge indicators will further open criticism is the horizon appreciation connoisseur and attributing a weakness of and forces that are owned by the artists through the work of his art "(M. Jazuli. 2001). For it's author wants to try to make an analysis of the art critiques on theatrical performances of the script with the title Ladang Binatang "Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan" adaptations of Kamil Mubarok Fable Animal Farm George Orwel, directed by Chandra Kudapawana held at the theater of the ICU, with respect to the elements – elements of art contained in the theatre performances, while also seeing how the development of art in life. The methods used by researchers is to watch live as well as comparing the performances with the novel being adaptations through the novel's review.

Keywords: performance, Art Criticism, art elements


PENDAHULUAN 

Kritik seni merupakan kegiatan analisis terhadap karya seni yang dituangkan dalam bentuk tulisan, kegiatan kritik seni sangat penting dalam berkesenian. Melalui kegiatan ini kita dapat membaca gambaran dari sebuah karya seni sesuai dengan zaman dimana karya itu diciptakan dan dilihat, selain itu dengan adanya kritik seni dalam memandang sebuah kegiatan berkesenian, seseorang dapat mengetahui kekuranngan dan kelebihan suatu karya dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Untuk itu dalam membuat kritik seni terdapat tahapan dalam penulisannya. Feldemen (1967)

1)  Tahap Deskriptif: dimana seorang penggkritik menjelaskanapa yang terlihat dalam karyaseni. 2) Tahap Analisis Formal: pengkritik bergerak lebih dalam untuk menelusuri sebuah karya seni. 3) Tahap Interpretasi: mencoba dan berusaha mengungkap makna dibalik karya seni. 4) Tahap Evaluasi: karakteristik dalam kritik seni adalah evaluasi dikarenakan tahapan ini dinilai sebagai penghakiman dan penilaian dengan kualitas estetik dan perbandingan dengan karya yang sebanding. (dalam  Endriawan, 2012)

Berdasarkan pada penjelasan di atas dalam membuat kritik seni tidaklah asal dikarenakan terdapat aturan dalam penulisannya. Tulisan haruslah memiliki dasar berupa pengalaman dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan karya yang dikritik, dengan kata lain tulisan yang dibuat haruslah objektif dan benar apa adanya.

Untuk dapat mendeskripsikan kritik seni penulis akan mencoba mengkritik sebuah karya pertunjukan drama yang digelar oleh Teater Lakon dengan judul Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan”  saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel, yang disutradarai oleh Chandra Kudapawana yang digelar di teater UPI. Kritik seni akan dideskripsikan dengan ilmu dan pengalaman yang sesuai dengan karya yang di kritik. Hal ini dilakukan untuk dapat memberikan wawasan tambahan bagi pekritik dan pembaca dalam mengevaluasi dan mengapresiasi sebuah karya serta melihat unsur –unsur seni yang terkandung dalam pertunjukan teater tersebut, selain itu untuk melihat bagaiman perkembangan seni dalam kehidupan.

METODE PENELITIAN 

Metode penelitian adalah metode kritik seni dengan analisis deskriptif menggunakan teori-teori dalam seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun seni teater atau pertunjukan.

Penulisan kritik seni pada pertunjukan Teater Lakon dengan judul Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan”  saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel, yang disutradarai oleh Chandra Kudapawana yang digelar di teater UPI disaksikan langsung oleh pengkritik dan menggambil gambar berupa foto dan video sebagai dokumentasi dalam proses pembuatan kritik seni pertunjukan serta membaca resensi dari novel yang menjadi saduran dari pertunjukan teater ini sebagai perbandingan  .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Synopsis 

Pertunjukan drama yang digelar oleh Teater Lakon dengan judul “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan”  saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel, yang disutradarai oleh Chandra Kudapawana, menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh binatang di sebuah perternakan terhadap pemilik perternakan yakni Suto. Hal-hal yang menyebabkan para binatang berontak terhadap pemilik peternakan yang tak lain majikan mereka sendiri adalah dikarenakan Suto hanya mengambil hasil dari para binatang, seperti telur dari para ayam dan bebek, susu dari sapi, tenaga kuda untuk membajak dan  hasil dari para ternak lainnya seperti kambing, babi, keledai dan binatang lainnya.

Tanpa memikirkan kesejahteraan dari para ternak, sang majikan tidak memperhatikan makan dan kesehatan dari para ternak. Karena ketamakan dari Suto menimbun hasil ternak tanpa merawat ternak selayaknya, seluruh binatang ternak yang ada di perternakan Suto memberontak.

Pemberontakan diawalai dengan pidato yang dibawakan oleh seorang babi tua yang bernama Mayor. Usai pidato tersebut mayorpun mati dan seluruh binatang merasa sedih dan mulai meratapi kematian mayor si babi tua yang disegani dengan menyanyikan lagu bersama-sama.

Selanjutnya, usaha pemberontakan demi mendapatkan keadilan dilanjutkan oleh binatang lainnya di bawah kepemimpinan Snowball (babi) dan Napoleon (babi). Para binatang menyusun rencana menyerang suto dengan ide-ide cemerlang dari snowball dan mengusir suto dari perternakan berkat keberanian napoleon dalam memimpin penyerangan. Akhirnya suto pun menyerah dan pergi meninggalkan perternakan, kini peternakan tersebut dikuasai oleh binatang-binatang ternak tanpa ada campur tangan manusia.

Selepas kepergian suto snowball membuat peraturan untuk kepentingan bersama, para binatang diberi empat peraturan yakni binatang dilarang mabuk-mabukan, binatang dilarang tidur diranjang, sesama binatang dilarang membunuh, empat kaki baik dua kaki jahat. Walaupun terjadi peselisihan antara binatang kaki empat dan kaki dua terhadap peraturan yang ke empat, berkat kecerdasan yang dimiliki oleh Snowball, para binatang dapat tenang dan kembali damai.

Kedamaian terus berlanjut dan menyebarlah berita keseluruh negri, bahwa ada perternakan yang dapat berjalan dengan lancer tanpa campur tangan manusia. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan Napoleon dan beberapa binatang lainnya merasa iri hati dan menganggap bahwa Snowball berusaha untuk menguasai perternakan, segala upaya dilakukan untuk dapat menyingkirkan snowball dan kawan-kawan, upaya tersebut berhasil, terusirlah snowball dan perternakan menjadi kacau balau.

Napoleon dan kawan-kawan merubah peraturan snowball yang hidup rukun dan dmai menjadi mencengkam, mereka mabuk mabukan dan menindas hewan lemah lainnya. Mendengar hal tersebut Snowbal tak tinggal diam dan dia beserta hewan lainnya yang terusirpun berusaha mengambil peternakan kembali dan menghentikan napoleon yang kejam.

Deskriptif 

Berdasarkan pada synopsis dan hasil pertunjukan yang telah ditonton. Pekritik akan menafsirkan karya seni pertunjukan tersebut melalui kritik seni dengan tahapan yang telah dijabarkan. Setelah menonton langsung pertunjukan pekritik sebagai penulis akan menjabarkan kritik seni menjadi beberapa bagian 

1. Menafsirkan Tatanan panggung

Dapat dilihat tatanan panggung telah dibuat sedemikian rupa menirukan suasana dari sebuah peternakan dengan property yang digunakan juga menyesuaikan dengan tokoh binatang yang akan bermain di dalamnya. Suasana tatanan panggung pertama kali yang terlihat saat pertunjukan adalah posisi dimana mayor memberikan pidato berada di tengah panggung bagaikan di tengah ruangan kandang binatang.

Di kandang tersebut dibuat rak yang digunakan ayam untuk bertengger dan dan jerami jerami yang dibiarkan berserakan semakin menambah kesan dari sebuah kandang. Lighting yang dipasang di awal juga cukup pas menggambarkan suasana malam hari dengan lampu remang-remang berwarna kuning. Dan memfokuskan pada tengah ruangan dengan tujuan agar penonton bisa melihat kearah  mayor yang sedang berpidato menyorakkan pemberontakan terhadap suto.

2. Menafsirkan tokoh/ pemain

Tokoh atau pemain yang ditampilkan pada pertunjukan ini adalah peniruan terhadap karakter dari binatang tidak sepenuhnya menyerupai binatang. Sepertihalnya pada karakter babi yang identik dengan hidungnya yang khas, domba dengan bulu nya yang tebal dan telinganya yang panjang, kuda dengan tubuh yang perkasa dan besar dan kuat dan kaki yang unik bagai memakai sepatu serta karakter- karakter lainnya.

3. Menafsirkan gerak atau tari yang ditampilkan

Tari yang dipertunjukan sangat bersemangat dan menampilkan ekspresi dari karakter yang diperankan oleh para tokoh teater. Pada pagelaran pertunjukan tersebut beberapa kali mempertunjukan tarian yakni pada saat pembukaan atau awal pertunjukan, saat sedih dan saat senang. Gerak atau koreo yang di tampilkan juga berbeda sesuai suasana yang di tampilkan pada saat itu.

4. Menafsirkan musik yang dimainkan

Music pada pagelaran teater menambah kesan tersendiri untuk menimbulkan suasana dalam pertunjukan terutama pada saat suasana mencekam dan sedih. Saat snowball menemukan penggalan kepala mayor di rumah tuan suto. Music pun ikut mendukung dengan ritme yang menghanyutkan penuh kesedihan.

Analisis Formal 

Dalam pertunjukan teater para binatang saling sikut berebut kekuasaan, penataan panggung serta karakter pemain cukup menarik. Setiap pemain berusaha menuangkan karakter dari peran yang dimainkan meskipun secara kostum tidak menyerupai karakter binatang yang di perankan. Bahkan jika dilihat sekilas kita tidak dapat membedakan atau menyamakan kostum yang mereka pakai adalah menampilkan karakter binatang. Karena pada dasarnya sutradara sendiri lebih mengupayakan pada khas dari tokoh yang diperankan. Selain itu pertunjukan dari saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel sedikit berbeda dari novelnya. entah dikarenakan sutradara menyesuikan dengan zaman atau apapun itu. pada novelnya animal farm tidaklah sepenuhnya hanya menceritakan beberapa tokoh saja, semua binatang ikut ambil peran dalam perternakan tersebut. Terutama pada peran kuda yang tidak begitu nampak pada pertunjukan ini padahal pada novelnya kudalah yang begitu banyak berjasa setelah snowball terusir dari perternakan. 

Sutradara terkesan berupaya memberi warna baru dan lebih menekankan pada perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh para binatang. Selain itu ada beberapa adegan yang terkesan mendadak seperti berubahnya sikap sikeledai tua yang ternyata dalang dari matinya mayor dan berhianatnya squealer hingga membentu serta menghasut napoleon untuk berhianat sungguh tidak disangka karena tak ada tanda hal tersebut diawal.

Hal yang menarik adalah pertunjukan ini juga memperlihatkan tarian dan music yang begitu menyatu dengan alur cerita. Tarian dipertunjukan dengan serius dan olah tubuh yang baik sesuai karakter dari peran yang dimainkan. Sepertihalnya yang diungkapkan ( Baff. 2013:1 dalam Kearns. L. 2016 ) “Tari adalah sebuah bentuk seni tubuh dan tubuh berbicara dalam banyak dialek yang dibuat oleh berbagai macam koreografer”. Dalam teater ini seekor kuda menari dengan lincah dan tetap memperlihatkan keperkasaan dan kuatnya seekor kuda, ayam dengan lenggok ekor dan sayapnya serta koreografi dari binatang-binatang lainnya yang menyatu namun tidak meninggalkan cirri khas yang diperankan.

Interpretasi 

Teater lakon ladang binatang dengan judul Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan” memiliki makna yang mendalam dalam penampilannya terutama pada kata-kata yang diucapkan oleh para tokoh  menggambarkan keadaan politik Indonesia saat ini. Visualisasi dari sekelompok binatang yang berusaha bebas dari belenggu majikan mereka yakni tuan suto yang kejam dengan memberontak dipimpin oleh para babi yakni snowball squealer dan napoleon bersama para anjing atas amanah dari mayor yang telah mati. Setelah bebas malah mendapat masalah baru dikarenakan kesirikan dan kedengkian antar sesama yang ditunjukan oleh napoleon dan squealer yang mengakibatkan terusirnya napoleon dengan bantuan para anjing. Sama seperti Indonesia yang sudah bisa bebas dari penjajahan orang asing namun masih harus berperang dengan sesama bahkan mencaci maki antar agama.

Setiap detail pertunjukan yang ditampilkan berada pada kelasnya tersendiri dengan menampilkan semua unsure seni yang menyatu mulai dari usaha dalam memunculkan karakter dari binatang dengan menggunakan kostum yang menandakan cirri khas dari binatang, music dan koreografi tari yang menambah daya tarik saat menonton serta makna yang terkandung disetiap dialog yang di lontarkan semuanya terkemas rapi dalam tatanan panggung yang sangat baik.

Evaluasi 

Setelah semua tahapan tahapan dalam kritik seni dilaksanakan seperti deskripsi, analisis formal, interpretasi, maka tahap selanjutnya adalah evaluasi. Dalam pertunjukan ladang binatang, sutradara berusaha untuk menampilkan karakter dari binatang yang diperankan oleh para tokoh, meskipun pada awal pembukaan teater, penonton sedikit dikejutkan karena kostum yang dikenakan sama sekali tidak menampilkan sosok binatang, karakter yang terlihat terkesan memaksakan.

Sutradara lebih menekankan karakter dari binatang pada cirri khusus dari binatang seperti babi yang memiliki cirri khas pada hidung, domba pada bulu ayam dengan warna yang beragam, kuda dengan kakinya bak menggunakan sepatu. Namun, ada beberapa tokoh yang terkesan agak ambigu misalnya pada tokoh ayam dan bebek yang terlihat seperti hampir mirip, dan tokoh anjing dan gagak  yang lebih mirip seorang penjaga dibandingkan seekor anjing dan burung gagak.

Sedikit kritik terhadap vocal yang terkadang terlalu jelas apa yang di ucapkan, terkadang kita juga bingung siapa yang berbicara karena lighting hanya terfokus pada tokoh-tokoh tertentu yang banyak andil dalam pertunjukan ini. 

Namun dari itu semua mungkin sutradara punya maksud tersendiri dan pandangan tersendiri mengapa menjadikan tokoh-tokoh menjadi demikian adanya. Pada dasarnya “kritik dapat berfungsi sebagai pendidikan dan pengembangan seni. Indikatornya adalah kritik lebih membuka cakrawala penghayatan penikmat dan menyandarkan kelemahan seklaigus kekuatan yang dimiliki oleh seniman melalui hasil karya seninya” (M. Jazuli. 2001).

KESIMPULAN 

Berdasarkan kritik seni yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan Teater Lakon dengan judul Ladang Binatang “Para Binatang Saling Sikut Berebut Kekuasaan”  saduran Kamil Mubarok dari Fabel Animal Farm Karya George Orwel, yang disutradarai oleh Chandra Kudapawana yang digelar di teater UPI. Dalam pertunjukannya menampilkan sebuah karya seni yang dilamanya terdapat unsure-unsure seni yang beragam seperti seni rupa seni tari seni music dan seni teater yang digabungkan dengan sangat harmoni dan menyatu.

Meskipun tidak begitu menyerupai novelnya namun penekanan makna terhadap perebutan kekuasaan terlihat dan tergambarkan dengan jelas. Denagn kritik seni yang ditulis ini juga dapat menambag pemahaman akan seni pertunjukan dapat dijadikan sebagai wadah dalam mengesresikan atau berpedapat tentang aspirasi diri dengan cara yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA  

Endriawan, D. (2012). Menafsirkan Makna Karya Seni Rupa melalui Metode Kritik Seni ( Studi Kasus : Drawing Karya Arif Rivai ). Jurnal SEni Rupa & Desain, 1(1), 1–20.

Jazuli, M. (2001). Kritik seni pertunjukan (. Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, 2(2), 78–88.

Kearns, L. (2016). Dance critique as signature pedagogy. Arts and Humanities in Higher Education, 1–11. https://doi.org/10.1177/1474022216652768

 

SEMOGA BERMANFAAT

 


No comments:

Featured Post

Materi 6: RAGAM HIAS PADA WASTRA INDONESIA

Powered by Blogger.