RAGAM HIAS PADA RUMAH ADAT
Pertemuan kali ini kita akan bahas tentang bentuk dari ragam hias pada artefak arsitektur rumah adat dari beberapa daerah yang ada di Nusantara.
Rumah adat atau rumah tradisional dibangun dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi sosial dan budaya dibalik corak atau gaya bangunannya. Pada rumah adat terdapat ornamen atau dikenal juga dengan ragam hias yang menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan karena berkaitan dengan soail masyarakat setempat.
Fungsi Simbolik pada Rumah Adat
Ornamen Rumah Adat pada dasarnya memiliki fungsi simbolik, baik simbol sosial maupun simbol budaya, namun dalam perkembangannya, ornamen lebih dilihat dari estetikanya.
- Simbol Sosial pada ornamen/ragam hias : dapat merujuk pada status sosial masyarakat.
- Simbol Budaya pada ornamen/ragam hias : dapat merujuk pada media spiritual, misalnya sebagai penolak bala.
Jenis -Jenis Motif Pada Ornamen Rumah Adat
- Motif Geometris
- Motif Fauna (hewan)
- Motif Flora (Tumbuhan)
Motif Geometris
Motif geometris adalah motif yang menampilkan unsur-unsur rupa seperti garis dan bidang pada umumnya yang bersifat abstrak sehingga tidak bisa dikenali sebagai suatu bentuk objek alam, dan biasanya motif geometris kurang mengandung makna simbolis. berikut ini contoh motif geometris pada rumah adat yakni tiang rumah Bolon
Motif Pilin
Motif geometris Pilin adalah motif dengan menggunakan garis lengkung atau spiral atau lengkung kait. motif pilin sendiri dibedakan menjadi:
- Pilin Tunggal berbentuk Ikal.
- Pilin Ganda yang memiliki bentuk dasar seperti huruf "S".
- Pilin Tegar motif pilin yang memiliki pola ikal bersambung dengan berganti arah.
Dalam penerapannya pada artefak pilin-pilin tersebut disusun secara berulang dan berderet sambung menyambung. berikut contoh motif pilin pada beberapa daerah:
Motif Banji
Kata Banji berasal dari kata wan-ji (bahasa cina).
motif ini berbentuk dasar garis tekuk yang mirip bentuk baling-baling seperti swastika.
Di Toraja, motif seperti ini dikenal dengan nama sekong sala (palang berkait) yang mengandung makna peringatan agar tidak mencampuri urusan orang lain atau motif ukir passepu torongkong yang melambangkan kerukunan. motif ini seringkali tampil dalam variasi bentuk.
Motif Kawung
Motif Kawung terdiri dari bentuk-bentuk lingkaran dimana bentuk lingkaran tersebut saling berpotongan dan berjajar ke kiri atau ke kanan dan ke bawah atau ke atas.
Di Toraja, bentuk yang serupa dengan motif ini dapat dilihat pada ornamen ukir kayu yang menghias dinding yang dikenal dengan nama Pa'bombo uai.
motif ini memiliki makna nasehat agar giat bekerja dan tak bermalas-malasan sesuai dengan ungkapan "siapa cepat dia dapat" dan juga menjadi simbol ketabahan. Berikut ini contoh penerapan motif geometris pada rumah adat Tongkongan (masyarakat Taroja) beserta penjelasan di dalam gambar
Motif Fauna (Motif Hewan)
Pada umumnya, jenis hewan yang digunakan adalah yang dapat ditemui di lingkungan sekitar daerah dimana motif tersebut di temukan. Namun demikian, terdapat jenis hewan yang merupakan wujud imajinatif sesuai kepercayaan masyarakat setempatatau yang dikenal dengan istilah hewan mitologis.
Motif hewan ini memiliki maksud perlambangan. biasanya yang digunakan kebanyakan berjenis unggas atau burung yang mewakili dunia atas, dunia roh atau dunia para dewa. sedangkan, hewan air dan melata mewakili dunia bawah, dunia gelap, tetapi juga melambangkan bumi dan kesuburan. Lalu terakhir hewan berkaki empat yang hidup di darat melambangkan dunia tengah yang juga di huni oleh manusia.
berikut beberapa contoh ornamen dengan motif hewan beserta penjelasan di dalam gambar
Motif Flora (Motif Tumbuhan)
Motif ukur flora pada daerah nusantara berkembang menjadi banyak langgam (gaya). Motif flora sendiri mulai berkembnag setelah mendapat pengaruh dari india (pendapat Van Deer Hoop dalam Sunaryo, 2009)
Bentuk dari motif Floratidak selalu mengandung makna simbolik dan sering kali menekankan pada segi keindahan atau keunikan iconik daerah dimana motif tersebut berasal, terlebih lagi jika jenis tanaman yang digunakan tidak mewakili jenis tanaman tertentu.
pada masyarakat Jawa dan Minangkabau ragam hias dengan tema flora terkesan luwes dan lemah gemulai karena seringkalai menggunakan pola ikal dan melingkar. Sedangkan, pada kebudayaan lainnya seperti Madura, Kalimantan dan Batak, ragam hias ini tampil dengan kesan lebih tegar dan tampak lebih dinamis.
berikut ini contoh dari ornamen dengan motif flora dari beberapa daerah:
Warna Pada Ornamen Rumah Adat
Warna juga menjadi peranan penting yang sering ditemui pada ornamen.
sebagai contoh warna pada rumah adat Tongkonan, baik seni ukir maupun ornamen lainnya didominasi oleh 4 warna khas, yaitu Merah, kuning, putih, dan hitam.
warna yang digunakan dibuat menggunakan bahan alami yang dicampur dengan cuka tuak nira. Fungsi tuak nira bertujuan agar warna tersebut dapat melekat dan tahan lama pada ukiran. Warna-warna pada ragam hias Toraja memiliki makna filosofis, diantaranya
Merah :melambangkan darah, dibuat dari campuran tanah merah dan cuka tuak nira.
Hitam :melambangkan kematian, dibuat dari arang periuk dan tuak nira
Putih :melambangkan daging dan tulang manusia, dibuat dari kapur sirih dan tuak nira
Kuning :melambangkan kemuliaan, dibuat dari tanah kuning dicampur tuak nira
(sumber: Toekio dalam Hartanti, G Nediari, A. 2004)
daftar pustaka
Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara, Kajian Khusus tentang ornamen Indonesia. (Samsuharto, ed.)(qst ed). Semarang: Dahara Prize.
No comments: